Sejarah awal mulanya terbentuk sebuah desa yang kemudian dinamakan Tanjung Atap ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi para pembaca, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Buat yang butuh sebagai bahan skripsi atau tugas akhir kuliah dan sekolah silahkan diunggah, buat yang pengen tahu silakan dibaca, semoga dapat meningkatkan rasa cinta terhadap desa kita dan tetap menjaga apa yang telah dianugerahkan Allah kepada desa kita yang tercinta ini.
selamat membaca.....!!!
Kutipan Sejarah Lahirnya Desa Tanjung Atap ini berasal dari skripsi : Drs. Nukman Arsjadi yang memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Syari'ah Institut Agama Islam Negeri Raden Fatah. Palembang.
Pada abad XVI atau tepatnya tahun 1575 M, merapatlah sebuah rejung1 di suatu daratan. Dari dalamnya turun suatu rombongan yang erasal dari Kerajaan Banten, Jawa Barat. Rombongan terdiri dari enam orang yang dipimpin oleh Said Umar Baginda Sari, salah seorang putera Sunan Gunung Jati.
Gugusan tanah tempat mereka mendarat terdiri dari hutan belantara yang dikelilingi oleh air yang mirip sebuah pulau yang akhirnya dinamakan Pulau Karam2. Mereka merasa betah tinggal di sana, karena selain aman, dari pulau ini mereka akan cepat mengetahui andainya adnya serangan musuh.
Suatu hari, tatkala Said Umar Baginda Sari memandang ke arah barat, pandangan beliau tertuju pada segugusan tanah yang menjukur ke air. Setelah diamati ternyata gugusan tanah tersebut adalah sebuah tanjungan, yang mana dari kejauhan terlihat sebuah bangunan pondok yang beratap. Ketika beliau mendatangi tanjungan ini, pondok yang beratap tersebut ternyata sebuah bangunan yang mengatapi dua buah kuburan. Sejak saat itu beliau dan rombongan sepakat untuk menetap di tanjungan tersebut yang kemudian beliau namakan Tanjung Atap.
Selai itu Said Umar Baginda Sari memerintahkan anak buahnya menelusuri daerah sekitar Tanjung Atap untuk mencari kalau-kalu terdapat pemukiman penduduk. Di suatu tempat yang sekarang dikenal dengan nama Paya Buluh, Rawang, ditemuanlah sebuah pemukiman penduduk yang disebut Kubu Selebar Tapak. Akhirnya atas ajakan beliau pemukiaman Paya Buluh, Rawang ini ditinggalkan dan seluruh penduduk mengungsi ke Tanjung Atap.
Beberapa hari kemudian Said Umar Baginda Sari mendapatkan informasi bahwa di arah barat dari Tanjung Atap terdapat pemukiman penduduk yang disebut Kubu Paya Lintah. Beliau lalu mengutus anak buahnya yang bernama Said Makdum utuk mendatangi tempat tersebut. Di sini Said Makdum mendapat sambutan yang sangat baik, sampai-sampai seorang Puteri dari Kubu Paya Lintah yang bernama Laya dinikahkan dengan beliau.
Pada waktu itu, daerah Kubu Paya Lintah ini tidak aman. Penduduk sering diganggu oleh sindai3 dan binatang buas lainnya, sehingga Said Makdum mengajak mereka untuk pindah dari tempat tersebut. Akhirnya mereka sepakat untuk mengungsi ke sebuah tanjungan yang merupakan sambungan dari Tanjung Atap. Karena di tempat tersebut banyak terdapat batu merah, sehingga tempat tersebut dinamakan beliau Tanjung Batu.
Dalam kegiatan sehari-hari, disamping mengajarkan gama Islam, Said Umar Baginda Sari juga berdagang. Selanjutnya dari sini agama Islam menyebar ke daerah-daerah lain. Akhirnya setelah menunaikan tugasnya sejak akhir abad ke-enam belas Masehi. Sebagai pembawa, penyebar dan pahlawan Islam, Said Umar Baginda Sari beliau diberi gelar Ratu Penembahan dan meninggal dunia serta dimakamkan di sebuah pulau di seberang dusun Tanjung Atap.
catatan: